SEOUL, JurnaLodie.com – Pemilu Presiden Korea Selatan 2025 diikuti 3 kandidat utama. Lee Jae-myung, Kim Moon-soo dan Lee Jun-seok.
Berikut profil singkat 3 kandidat utama Pemilu Presiden Korsel 2025 dikutip JurnaLodie.com dari berbagai sumber:
Lee Jae-myung
Usia: 61 tahun
Partai: Partai Demokrat Korea (liberal)
Latar belakang: Mantan pengacara hak asasi manusia, mantan Gubernur Gyeonggi
Ciri khas: Orator ulung, populis progresif
Posisi utama:
Penentang utama deklarasi darurat militer Yoon
Usul sistem dua periode presiden (4 tahun x 2)
Pendorong kebijakan damai dengan Korea Utara
Ingin pertahankan hubungan baik dengan AS, tapi tidak ingin memusuhi China/Rusia
Kim Moon-soo
Usia: 73 tahun
Partai: Partai Kekuatan Rakyat (konservatif, mantan partai Yoon)
Latar belakang: Mantan Menteri Ketenagakerjaan, mantan aktivis buruh
Ciri khas: Garis keras, loyalis Yoon
Posisi utama:
Tidak jelas soal sikap terhadap darurat militer
Mendukung dua periode presiden, tapi hanya 3 tahun per periode
Ingin perlindungan dengan senjata nuklir AS dan pengembangan militer domestik
Hubungan dekat dengan Donald Trump, siap negosiasi biaya militer AS
Lee Jun-seok
Usia: 40 tahun
Partai: Partai Reformasi Baru
Latar belakang: Tokoh muda konservatif, mantan ketua PPP
Ciri khas: Reformis, anti-kemapanan
Posisi utama:
Menolak bergabung dengan PPP karena darurat militer
Fokus pada reformasi politik internal, partisipasi pemuda
Kritikus keras elit konservatif lama
Peta Politik Korea Selatan Saat Ini
PPP (konservatif): Terguncang akibat skandal Yoon dan terpecah secara internal. Basisnya ada di kalangan pemilih tua dan konservatif di wilayah tenggara (Gyeongsang).
Partai Demokrat (liberal): Memiliki dukungan kuat di wilayah barat daya (Jeolla) dan kalangan urban muda, kelas menengah progresif.
Pemilih muda (20–40 tahun): Saat ini menjadi penentu, dan sebagian besar cenderung swing voters.
Potensi Dampak terhadap Asia Tenggara dan Indonesia
Jika Lee Jae-myung menang:
Bisa mendorong pendekatan damai regional, termasuk dengan Korea Utara dan China.
Kebijakan luar negeri yang lebih pragmatis dan berimbang bisa membuka ruang kerja sama ekonomi dengan negara-negara ASEAN termasuk Indonesia.
Potensi perluasan kerja sama teknologi hijau dan digital.
Jika Kim Moon-soo menang:
Fokus pada militerisasi dan aliansi AS yang kuat.
Hubungan ekonomi tetap kuat, tapi kemungkinan besar lebih banyak tekanan AS–China yang mempengaruhi perdagangan regional.
Pendekatan luar negeri akan lebih ideologis, bisa mempersempit kerja sama dengan negara yang dianggap “netral” terhadap China.
(*)