COPENHAGEN, JurnaLodie.com — Mantan Sekretaris Jenderal NATO, Anders Fogh Rasmussen, menilai Presiden AS Donald Trump telah “melemahkan secara signifikan” aliansi Barat dan memperburuk posisi Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia.
Dalam wawancara menjelang Copenhagen Democracy Summit, Rasmussen menyampaikan Trump “bermain kartu dengan sangat buruk”, terutama dengan menyetujui untuk menyerahkan wilayah Ukraina kepada Rusia dan mencabut sanksi tanpa imbal balik berarti dari Moskow.
Meskipun banyak konsesi dari pihak AS, Putin tetap tidak menunjukkan itikad membuat kesepakatan damai.
Dikutip JurnaLodie.com dari Politico, Rasmussen mengkritik komentar Trump yang mempertanyakan komitmen AS terhadap Pasal 5 NATO—kewajiban pertahanan bersama—jika negara anggota tidak memenuhi target pengeluaran pertahanan. Hal ini, katanya, telah menggerogoti kepercayaan terhadap NATO.
Ancaman Rusia dan Peran Eropa:
Rasmussen sependapat dengan badan intelijen bahwa Rusia bisa saja menyerang Uni Eropa dalam beberapa tahun ke depan. Oleh karena itu, Eropa harus:
- Meningkatkan anggaran pertahanan,
- Mendukung Ukraina lebih aktif,
- Dan bersiap menanggung beban keamanan jika AS benar-benar mundur.
Think tank miliknya, Alliance for Democracies, menyerukan: Penggandaan target belanja pertahanan NATO dari 2% menjadi 4% PDB dan mobilisasi dana €400 miliar dari sektor publik dan swasta untuk memperkuat militer.
Rasmussen menyatakan bahwa jika AS “mundur” dari perannya sebagai pemimpin dunia bebas, maka perlu dibentuk kelompok demokrasi baru, yang ia sebut “D7”, yang terdiri dari Uni Eropa, Inggris, Kanada.
Mitra NATO di Indo-Pasifik: Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru.
Tujuannya adalah melawan tekanan dari Tiongkok—atau bahkan dari AS sendiri. Sebuah pernyataan yang sangat luar biasa dari mantan pemimpin NATO dan mantan Perdana Menteri Denmark. (*)
