Siapa Mohammad Bagheri, Jenderal Iran yang Tewas dalam Serangan Israel?

Internasional17 Dilihat

TEHERAN, JurnaLodie.com – Mayor Jenderal Mohammad Bagheri adalah Kepala Staf Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran. Dia tewas dalam serangan udara Israel pada 13 Juni 2025.

Serangan tersebut menargetkan fasilitas nuklir dan militer utama di Iran, termasuk fasilitas pengayaan uranium di Natanz, serta menewaskan beberapa pejabat tinggi militer dan ilmuwan nuklir Iran.

  • Profil Mohammad Bagheri
  • Nama Lahir: Mohammad-Hossein Afshordi
  • Tanggal Lahir: 1960 atau 1961
  • Tempat Lahir: Teheran, Iran
  • Pendidikan: Memiliki gelar Ph.D. dalam geografi politik dan pernah mengajar di Universitas Pertahanan Nasional Tertinggi Iran
  • Karier Militer:
    Bergabung dengan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) pada tahun 1980
    Mengambil alih posisi Kepala Staf Angkatan Bersenjata pada Juni 2016, menggantikan Mayor Jenderal Hassan Firouzabadi
    Memiliki pengalaman dalam operasi militer di Suriah dan Irak, serta terlibat dalam program misil balistik Iran
  • Keluarga: Saudaranya, Hassan Bagheri, adalah seorang komandan senior IRGC yang gugur dalam Perang Iran–Irak pada tahun 1983 .

Dampak Kematian Bagheri

Dikutip JurnaLodie.com dari Al Jazeera, kematian Bagheri merupakan pukulan besar bagi struktur komando militer Iran.

Sebagai Kepala Staf Angkatan Bersenjata, ia bertanggung jawab atas koordinasi antara IRGC dan angkatan bersenjata reguler, serta perencanaan strategis dan intelijen.

Perannya yang sentral dalam kebijakan pertahanan dan aliansi militer Iran menjadikannya sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh di negara tersebut .

Sebagai pengganti sementara, Iran menunjuk Laksamana Muda Habibollah Sayyari, mantan Komandan Angkatan Laut Iran, untuk memimpin angkatan bersenjata mereka .

Serangan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan regional dan menjelang putaran baru pembicaraan nuklir antara AS dan Iran.

Serangan ini juga memicu reaksi internasional yang beragam, dengan beberapa negara mengutuknya sebagai pelanggaran hukum internasional, sementara yang lain mendukung hak Israel untuk membela diri .

(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *